Selasa, 06 Oktober 2015

Perjuangan Meraih Mimpi Bagian 2

Kegagalan melanjutkan studi ke Jerman tidak membuat saya larut dalam kesedihan. Nampaknya tidak mungkin melanjutkan kuliah S3 saat itu karena LoA hangus dan waktu utnuk mendapatkan LoA yang baru juga tidak mudah didapatkan. Harus cari alternatif lain nih. Bekerja !!!. 

Alhamdulillah saat itu juga ada lowongan untuk menjadi dosen di ITS. Saya mendaftar dan puji syukur diterima. Bulan Mei 2014, saya mulai mengajar di jurusan fisika ITS. Saya ambil sisi positif dari apa yang sudah saya alami ini. Nampaknya sang pemberi hidup ingin saya merasakan bagaimana nikmatnya bekerja dulu. Biar ga sekolah terus. Hehe. Namun saya tidak menyerah sampai disini untuk melanjutkan kuliah S3. Bapak Darminto, pembimbing saya yang super baik hati saat S1 dan S2 memperkenalkan koleganya dari Jepang (inisial : IW) kepada saya. Beliau meminta saya presentasi tentang riset yang sudah saya kerjakan selama ini saat beliau mellakukan kunjungan ke ITS bersama Profesor dari Osaka University bulan November 2014 lalu. Beliau menawarkan saya untuk mendaftar di Hokkaido University dan berkolaborasi riset dengan kelompok beliau. Saya pun mengiyakan ajakannya dengan sangat antusias. Namun yang menjadi kendala adalah beasiswa harus dicari sendiri, jadi pihak Hokkaido hanya bisa memberikan LoA untuk bisa melanjutkan program doktor disana. Yaaah, kembali ke permasalahan awal bahwa hampir semua beasiswa yang ada menuntut skor TOEFL yang relatif tinggi. Sedangkan sedangkan ..... 

Pak IW menginginkan bulan April 2015 saya sudah bisa mendapatkan beasiswa dan beliau menyarankan saya untuk mengikuti beasiswa LPDP. Syarat yang amat sangat berat. Akhirnya dalam kurun waktu 3 bulan saya memulai lagi belajar TOEFL (3 bulan karena terakhir pendaftaran LPDP adalah bulan Januari akhir). Sejak saat itu saya bersikeras untuk belajar TOEFL dengan sekuat tenaga. Saat tidak ada jam mengajar, saya usahakan belajar TOEFL secara mandiri dengan membaca buku-buku yang sudah saya kumpulkan sebelumnya. Saya berencana ikut beasiswa LPDP yang konon katanya lagi booming di kalangan mahasiswa. Tes ITP pertama, gagal hanya dapat score 510. Tes kedua 513, dan tes ketiga di bulan Januari dapat 543. Aaaargghh.. kurang 7 poin. Dan dengan hasil ini saya tidak akan lulus syarat administrasi LPDP. Padahal semua syarat administrasi selain sertifikat TOEFL sudah siap di submit. Dengan berat hati, saya kirim email kepada pak IW. Saya ceritakan kegagalan saya sehingga kemungkinan tidak bisa kuliah di bulan April 2015. Beliau dengan sabar mengungkapkan bahwa tidak masalah jika saya menunda keberangkatan sampai Oktober 2015. Jadi saya masih punya kesempatan untuk mengikuti beasiswa LPDP periode berikutnya di bulan April 2015. 

Waktu 3 bulan tidak cukup untuk menaikkan nilai TOEFL saya. Di tes terakhir di bulan April bahkan nilai saya masih mencapai angka 530an. Kembali saya contact pak IW bahwa kemungkinan saya tidak bisa sampai di Jepang pada bulan Oktober. Pak IW membalas email saya dengan nada yang sedikit kecewa ( asumsi tersurat aja sih sebenernya..). Beliau meminta agar saya serius belajar bahasa dan berharap semaksimal mungkin bulan April 2016 saya sudah HARUS memulai kuliah. Saya sebenarnya juga sudah berusaha maksimal, tapi tapi,, ... 

Saya tidak boleh menyerah dengan kondisi ini. Akhirnya saya bertekad untuk menftar lagi tes ITP di bulan Juni dengan mempersiapkan materi TOEFL dengan lebih baik. Daaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan Alhamdulillaaaah.. Finallyyyyyyyyyyyyyyy skor saya 553.. Mepet sih. Tapi yang penting memenuhi persyaratan. 

Akhirnya dengan penuh semangat saya mengabarkan berita bahagia ini ke Pak IW dan Pak Darminto. Dan ini balasannya.



OK. For the next round, I have to prepare and apply LPDP scholarship. Segera saya siapkan semua syarat administrasi untuk mendaftar beasiswa ini. Dari pengalaman hidup saya kali ini, saya punya quote bagus nih: When the world says give up, hope whispers try it on more time. Jangan kecewa dengan kegagalan. Coba, coba, dan coba lagi. Kita tidak tahu sudah seberapa deket kita dengan kesuksesan yang sudah diusahakan. Cheer up !!

Perjuangan Meraih Mimpi Bagian 1

Semenjak kecil saya selalu berangan, suatu saat bisa mengunjungi bahkan bersekolah di negara lain. Bukan karena saya tidak cinta Indonesia, tetapi sepertinya sangat menyenangkan bisa mencari pengalaman di tempat lain yang tidak biasa kita tinggali. Namun sampai lulus S2 tidak sekalipun saya pergi ke negara lain. Menyedihkan.. hhehe. Tahun 2012, saya melanjutkan kuliah S2 melalui program fast track yang diadakan oleh DIKTI. Jadi program ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa S1 semester 7 untuk bisa merangkap pendidikan S2 pada saat yang sama. Kelanjutan dari program fast track ini adalah bahwa si penerimanya bisa melanjutkan program S3 dengan program debt swap (kerjasama pemerintah Indonesia dengan Jerman). Tapi ya pake tes juga sih...

Mimpi bisa kuliah di luar negeripun semakin dekat. Namun di tengah perjalanan program S2, jujur saya tidak terlalu fokus dengan kuliah di Jerman. Kuliah S2 saja sudah cukup menyita energi. Ditambah lagi ada tambahan les bahasa inggris di sore hari untuk mendongkrak nilai TOEFL. Alhasil, karena tidak bisa membagi waktu dengan baik, nilai TOEFL saya tidak mengalami perkembangan yang signifikan (jangan ditiru yaa...). Karena hal inilah saya gagal untuk memenuhi syarat administrasi beasiswa ke luar negeri yang mensyaratkan minimal TOEFL ITP 550. Padahal saat saya telah lulus S2, saya sudah mendapatkan LoA dari Stuttgart University di Jerman. 

Perjuangan bangetlah dapet LoA ini. Mulai dari searching profesor yang bidangnya linier, mengumpulkan email beliau-beliau, mengirimi email satu-persatu. Benar-benar butuh waktu untuk proses ini. Dari email-email yang dikirim pun tidak semuanya direspon. Sabar sabaaar. Ada juga balasan yang berupa penolakan. Yang ini lebih lumayan lah ya daripada ga direspon. Penolakannya pun bermacam-macam. Ada yang bilang sedang tidak butuh mahasiswa S3, ada yang bilang sedang mengerjakan research yang lain, dsb dsb. Namun tidak semuanya berupa berita buruk. Taraaaaa... Ada juga yang tertarik dengan CV dan dokumen yang saya kirimkan dan meminta segera untuk wawancara via skype. Excited banget lah diajak wawancara via skype. Beliau memberi saya waktu seminggu untuk menyiapkan semuanya. 

Mulailah searching pengalaman orang lain. Dicatat, dibaca, dihafalkan, hehe. H-3 aja udah kerasa degdegannya. Mau ngobrol dengan bule yang gak biasa a.k.a profesor. Persiapan koneksi juga dipersiapkan dengan matang. Biar gak putus nyambung obrolannya  . Hari yang ditunggu tunggu pun tiba. Jam 15.00 WIB atau jam 09.00 pagi waktu Jerman. Sudah stand by depan laptop dari jam 14.00an. Dan panggilan masuk pun muncul di layar skype. OK. Wawancara dimulai. Saya ditanya banyak hal. Mulai dari motivasi kuliah di Jerman, latar belakang keluarga, pendidikan, topik riset, riset plan selama S3, dan banyak lagi yang lainnya. Alhamdulillah semua pertanyaan bisa saya jawab dengan meyakinkan. Semua karena persiapan yang sudah saya matangkan selama seminggu ini. Beliau akhirnya setuju memberi saya LoA dan berjanji mengirimkannya segera melalui pos. (Ini LoA yang penuh kenangan itu..), nama sengaja disamarkan. hehe



Namun semua di luar dugaan. Profesor meminta saya datang dan mulai kuliah pada bulan Januari 2014. Tapi apalah daya sampai waktu yang ditentukan saya belum mendapatkan beasiswa yang saya usahakan. LoA pun hangus karena jatah waktu sudah berakhir a.k.a expired . Tapi dari kejadian ini saya tidak berputus asa. Mungkin Allah sudah merencanakan skenario yang lebih indah suatu saat nanti. Tetap semangat.