Semenjak kecil saya selalu berangan, suatu saat bisa mengunjungi bahkan bersekolah di negara lain. Bukan karena saya tidak cinta Indonesia, tetapi sepertinya sangat menyenangkan bisa mencari pengalaman di tempat lain yang tidak biasa kita tinggali.
Namun sampai lulus S2 tidak sekalipun saya pergi ke negara lain. Menyedihkan.. hhehe. Tahun 2012, saya melanjutkan kuliah S2 melalui program fast track yang diadakan oleh DIKTI. Jadi program ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa S1 semester 7 untuk bisa merangkap pendidikan S2 pada saat yang sama. Kelanjutan dari program fast track ini adalah bahwa si penerimanya bisa melanjutkan program S3 dengan program debt swap (kerjasama pemerintah Indonesia dengan Jerman). Tapi ya pake tes juga sih...
Mimpi bisa kuliah di luar negeripun semakin dekat. Namun di tengah perjalanan program S2, jujur saya tidak terlalu fokus dengan kuliah di Jerman. Kuliah S2 saja sudah cukup menyita energi. Ditambah lagi ada tambahan les bahasa inggris di sore hari untuk mendongkrak nilai TOEFL. Alhasil, karena tidak bisa membagi waktu dengan baik, nilai TOEFL saya tidak mengalami perkembangan yang signifikan (jangan ditiru yaa...). Karena hal inilah saya gagal untuk memenuhi syarat administrasi beasiswa ke luar negeri yang mensyaratkan minimal TOEFL ITP 550. Padahal saat saya telah lulus S2, saya sudah mendapatkan LoA dari Stuttgart University di Jerman.
Perjuangan bangetlah dapet LoA ini. Mulai dari searching profesor yang bidangnya linier, mengumpulkan email beliau-beliau, mengirimi email satu-persatu. Benar-benar butuh waktu untuk proses ini. Dari email-email yang dikirim pun tidak semuanya direspon. Sabar sabaaar. Ada juga balasan yang berupa penolakan. Yang ini lebih lumayan lah ya daripada ga direspon. Penolakannya pun bermacam-macam. Ada yang bilang sedang tidak butuh mahasiswa S3, ada yang bilang sedang mengerjakan research yang lain, dsb dsb. Namun tidak semuanya berupa berita buruk. Taraaaaa... Ada juga yang tertarik dengan CV dan dokumen yang saya kirimkan dan meminta segera untuk wawancara via skype.
Excited banget lah diajak wawancara via skype. Beliau memberi saya waktu seminggu untuk menyiapkan semuanya.
Mulailah searching pengalaman orang lain. Dicatat, dibaca, dihafalkan, hehe. H-3 aja udah kerasa degdegannya. Mau ngobrol dengan bule yang gak biasa a.k.a profesor. Persiapan koneksi juga dipersiapkan dengan matang. Biar gak putus nyambung obrolannya .
Hari yang ditunggu tunggu pun tiba. Jam 15.00 WIB atau jam 09.00 pagi waktu Jerman. Sudah stand by depan laptop dari jam 14.00an. Dan panggilan masuk pun muncul di layar skype. OK. Wawancara dimulai. Saya ditanya banyak hal. Mulai dari motivasi kuliah di Jerman, latar belakang keluarga, pendidikan, topik riset, riset plan selama S3, dan banyak lagi yang lainnya. Alhamdulillah semua pertanyaan bisa saya jawab dengan meyakinkan. Semua karena persiapan yang sudah saya matangkan selama seminggu ini. Beliau akhirnya setuju memberi saya LoA dan berjanji mengirimkannya segera melalui pos. (Ini LoA yang penuh kenangan itu..), nama sengaja disamarkan. hehe
Namun semua di luar dugaan. Profesor meminta saya datang dan mulai kuliah pada bulan Januari 2014. Tapi apalah daya sampai waktu yang ditentukan saya belum mendapatkan beasiswa yang saya usahakan. LoA pun hangus karena jatah waktu sudah berakhir a.k.a expired . Tapi dari kejadian ini saya tidak berputus asa. Mungkin Allah sudah merencanakan skenario yang lebih indah suatu saat nanti. Tetap semangat.
Hmmm......semangat ya dik
BalasHapus